Weekly News

Amerika Gelisah Saat Harus Memutuskan antara Trump dan Biden

UTAAN orang Amerika memberikan suara pada Selasa (3/11), di tengah pandemi covid-19 untuk memutuskan memilih kembali Donald Trump, salah satu presiden paling terpolarisasi dalam sejarah AS, atau mengirim Demokrat Joe Biden ke Gedung Putih.

Jumlah suara awal yang memecahkan rekor - lebih dari 100 juta - telah diberikan dalam pemilihan yang membuat negara itu gelisah dan diawasi ketat di seluruh dunia.

Biden, 77, yang menjabat selama delapan tahun sebagai wakil presiden untuk Barack Obama, memimpin dalam jajak pendapat nasional dan di banyak negara bagian, di battleground yang akan menentukan pertarungan berisiko tinggi. Pemungutan suara pertama di beberapa negara bagian timur ditutup pada pukul 7 malam. Tetapi pemenangnya belum bisa diketahui pada malam hari atau mungkin berhari-hari karena banyaknya surat suara yang perlu dihitung.

Trump yang berusia 74 tahun berulang kali berusaha meragukan keabsahan surat suara yang masuk dan penghitungan suara di luar Hari Pemilu. Dia mengatakan pemilih memiliki hak untuk mendapatkan hasil yang tepat waktu.

"Seluruh dunia sedang menunggu," katanya saat mengunjungi kantor Komite Nasional Partai Republik di Arlington, Virginia.

"Anda tidak dapat menunda hal-hal ini selama beberapa hari," lanjut Trump dengan nada tidak menyenangkan menyebut banyak hal buruk yang bisa terjadi.

“Seharusnya kita berhak mengetahui siapa yang menang pada 3 November,” ucapnya.

Trump, suaranya sedikit serak setelah berpidato di lima kampanye pada hari terakhir Senin, menyatakan keyakinannya untuk memenangkan empat tahun lagi di Gedung Putih.

"Saya pikir kita akan mengalami malam yang hebat tapi ini politik dan pemilihan umum. Anda tidak pernah tahu," ujarnya.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox and Friends, Trump menepis laporan kemungkinan dirinya menyatakan kemenangan sebelum waktunya.

“Hanya jika ada kemenangan,” katanya.

"Tidak ada alasan untuk bermain gim".

Biden, yang mengajukan tawaran ketiganya untuk kursi kepresidenan, memulai Hari Pemilihan dengan kunjungan ke gereja tempat putranya Beau Biden dan istri serta putri pertamanya dimakamkan, kemudian ke rumah masa kecilnya di Scranton, Pennsylvania.

"Saya ingin mengembalikan kesopanan dan kehormatan dasar ke Gedung Putih," kata Biden yang mengenakan masker, kepada pendukungnya melalui pengeras suara.

Mantan senator dari Delaware itu mengumpulkan para pemilih di Philadelphia, Pennsylvania. Ia meminta masyarakat harus memilih harapan atas ketakutan, kebenaran atas kebohongan, sains atas fiksi.

Mengerikan

Menurut Proyek Pemilu AS sekitar 101,2 juta suara awal, lebih dari 70% dari total suara pada tahun 2016, telah diberikan dalam pemilu yang dipandang sebagai referendum untuk masa jabatan pertama Trump yang penuh gejolak.

Lebih dari 65 juta adalah surat suara yang masuk dan beberapa negara bagian utama termasuk Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin tidak segera menghitung sampai Hari Pemilu tiba. Hal itu memicu kekhawatiran hasil akhir bisa memakan waktu berhari-hari. Banyak suara awal diyakini telah diberikan oleh Demokrat dan Trump berharap kehadiran pendukung Republik besar-besaran pada Selasa (3/11).

"Kami melihat antrean orang dan mereka mengenakan banyak bahan merah," katanya selama perjalanan ke markas Partai Republik.

Di Miami, Juan Carlos Bertran, seorang mekanik Kuba-Amerika berusia 60 tahun, mengatakan Trump tampak lebih baik untuk perekonomian negara.

"Sekarang saya punya dua pekerjaan. Sebelumnya saya hanya punya satu," ujarnya.

Sementara Megan Byrnes-Borderan, 35, yang memberikan suaranya di New York, mengatakan ancaman Trump untuk menantang hasil pemilu di pengadilan sangat menakutkan.

"Saya yakin Trump akan melewati segala rintangan untuk mencoba memenangkan pemilihan," tuturnya.

Pemilih New York lainnya, Justin Rodriguez, 32, mengatakan memilih Biden.

"Saya benar-benar tidak suka ketegangan. Saya pikir Trump telah membawa lebih banyak ketegangan daripada biasanya," tukas Rodriguez.

Perpecahan mendalam yang dipicu oleh kampanye pemilihan telah menimbulkan kekhawatiran akan kerusuhan dan di Washington dan kota-kota lain. Para pemilik toko pun telah menutup usahanya.

Meskipun kasus covid-19 melonjak di lebih dari setengah negara bagian AS, Trump, yang sempat positif covid-19, berusaha mengecilkan krisis kesehatan dan menjanjikan pemulihan ekonomi.

"Kami sedang mengubah arahnya," katanya.

Post a Comment

0 Comments